Senin, 30 Juli 2012

Bagaimana Mengembangkan SDM Di Bulan Ramadhan?

Hari ini kita memasuki hari pertama puasa (Ramadhan) 1431H. Sayangnya, bulan puasa kadang disalahartikan sebagai bulan ‘slow down’. Padahal, justru sebaliknya bulan Ramadhan merupakan bulan ‘peak performance’ secara lahir dan batin untuk menjadi manusia yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu, bulan Ramadhan bisa menjadi momentum istimewa untuk melakukan training bagi karyawan di perusahaan.
 
Beberapa prinsip berikut ini mungkin bisa diterapkan di perusahaan Anda:
Prinsip pertama, Universal. Yakini bahwa momentum pelatihan bulan puasa bukanlah milik kaum muslimin belaka, melainkan seluruh karyawan di perusahaan. Kita bisa mengajak semua orang untuk memiliki semangat perenungan di bulan ini dengan tetap berpegang teguh kepada keyakinan masing-masing. Perenungan itu dibutuhkan oleh setiap insan, setiap hari. Misalnya, setiap malam menjelang tidur pun kan kita bisa dan biasa merenungkan apa yang sudah kita lakukan sepanjang hari ini. Sehingga, kita semua bisa menjadikan bulan Ramadhan sebagai momentum untuk bersama-sama membangun kebiasaan proses perenungan itu. Mumpung suasana dan lingkungannya mendukung. Dengan begitu proses belajar kita bisa lebih berdampak.
 
Prinsip kedua, Terbuka. Pada dasarnya, training apapun bisa dilakukan pada bulan puasa. Hanya saja, porsi tuntutan terhadap kerja atau aktivitas fisik perlu disesuaikan dengan kondisi para peserta yang sedang berpuasa. Porsi rangsangan daya pikir tidak berubah, bahkan bisa lebih tajam. Sedangkan porsi kesiapan mental/emosional/ spiritual bisa lebih tinggi dari hari-hari lainnya.
 
Prinsip ketiga, Toleran. Di bulan Ramadhan, prinsip toleran bisa benar-benar diterapkan. Tapi jangan salah kaprah. Tidak berarti pada bulan Ramdahan kaum muslimin yang berpuasa boleh mendapatkan porsi tanggungjawab yang lebih rendah. Justru bulan Ramadhan itu merupakan tempat latihan fisik, mental, emosional, dan spiritual yang paling gigih untuk membekali diri dalam menghadapi 11 bulan lainnya dalam setahun. Toleran di bulan Ramadhan berarti kita bisa belajar saling memahami satu sama lain. Dalam proses belajar, hal ini bisa diwujudkan secara nyata misalnya pada acara buka puasa bersama.
 
Saya menyarankan acara buka puasa itu dijadikan momen silaturahmi seluruh karyawan di perusahaan. Bukan hanya karyawan muslim. Oleh sebab itu, materi ceramah pada saat buka puasa sebaiknya dibuat general, sehingga teman-teman yang bukan muslim merasa nyaman mendengarnya dan memiliki semangat belajar yang sama untuk menciptakan etos kerja dan kinerja perusahaan yang lebih baik.
 
Lho, bukankah di bulan Ramadhan kita harus lebih banyak bedzikir, tafakur, mengaji dan mengkaji ilmu-ilmu ke-Islam-an? Benar. Namun kita perlu menyadari bahwa yang disebut sebagai ‘ilmu agama’ itu tidak hanya berkaitan dengan hal-hal ritual belaka, melainkan mencakup seluruh kehidupan kita termasuk bekerja dan besosialisasi. Apa lagi jika kita berpegang teguh kepada firman Tuhan, bahwa Nabi SAW membawa Islam untuk menjadi Rahmatan Lil ‘Alamiin. Menjadi rahmat bagi seluruh alam.
 
Lho, kalau acara buka puasa diisi oleh ceramah atau seminar bertema umum, kapan kita bertadarrus? Tadarus itu bagian dari Dzikir.  Sedangkan Adz-Dzkir itu memiliki kelapangan yang sungguh sangat luas dan agung. Saking mulianya Dzikr itu, sampai-sampai seorang Muslim diperintahkan untuk melakukannya pada saat berdiri, ketika duduk, maupun sedang berbaring. Tidak ada saat yang terlewat kecuali bersama dzikir. Begitulah Rasulullah menasihatkan.
 
Ya, itu Dzikir munfarid (pribadi/perorangan ). Bagaimana dengan Dzikr berjamaah? Mari kita perhatikan. Setiap hari, kita memiliki waktu sekitar 1 jam untuk beristirahat. Diluar bulan Ramadhan, kita menggunakan waktu  1 jam tersebut untuk memberi diri kita nutrisi fisik, alias makan siang. Bulan suci Ramadhan akan menjadi semakin indah ketika kita setiap hari bisa menggunakan waktu 1 jam itu untuk Dzikr berjamaah di kantor. Mengaji dan mengkaji. Mengundang para alim ‘ulama untuk meningkatkan pemahaman kita terhadap Al-Islam.
 
Mulailah dari hal sederhana. Misalnya, apa sih arti ‘Islam’ itu? Al-Islam memiliki banyak makna. Salah satunya adalah, ‘Keselamatan”. Islam itu diturunkan untuk membawa keselamatan bagi seluruh alam. Jadi, seorang muslim sejati pasti sanggup memastikan keselamatan siapapun yang berada disekitarnya melalui sikap adil dan penyayangnya.
 
Islam juga berarti “Kedamaian”. Kita perlu bertanya kembali, apakah sebagai seorang pemeluk Islam kita sudah mampu memberi kedamaian kepada kolega-kolega kita. Tetangga-tetangga kita. Bahkan kepada pesaing-pesaing kita?
 
Al-Islam juga berarti penyerahan diri. Kepada siapa? Kepada Sang Pemilik segala kebenaran. Dia-lah yang oleh para Bapak Bangsa kita digambarkan sebagai titik pusat ikrar kebangsaan kita: “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
 
Hal-hal semacam ini sangat baik untuk dikaji setiap hari pada jam istirahat siang di kantor. Sedangkan acara buka puasa bersama itu apa? Itu bukan momentum milik karyawan yang berpuasa saja. Melainkan kesempatan bagi ummat Islam untuk semakin mendekatkan diri dengan rekan-rekan lainnya. Lagi pula, acara buka puasa bersama cukup dilakukan satu kali selama bulan Ramadhan itu. Sedangkan acara tadarrus dan Dizkr tadi, bisa dilakukan setiap hari pada saat istirahat siang, selama bulan Ramadhan.
 
Sekarang, ijinkan saya untuk mengambil 2 kesimpulan:
Pertama,  istirahat harian 1 jam di kantor bisa digunakan menjadi acara ‘santap ruhani’ seluruh karyawan muslim. Patut sekali jika manajemen atau HRD di kantor memfasilitasi program ‘training keislaman’ dengan memanggil para alim ‘ulama untuk meningkatkan keimanan dan etos kerja karyawan setiap hari. Silakan hitung itu sebagai ‘training hour’ dalam proses pengembangan SDM Anda. Ulama bisa membantu karyawan untuk menemukan bahwa ‘bekerja adalah bagian penting dalam proses peribadatan seseorang’. Sehingga etos kerja orang yang faham terhadap ajaran Islam pasti akan jauh lebih baik lagi.
 
Kedua, acara buka puasa bersama bisa dijadikan ajang silaturahmi dan saling berkasih sayang dengan seluruh karyawan di perusahaan. Pada momen ini, sebaiknya HRD dan menejemen memfasilitasi proses belajar dengan topik yang general dan bisa diterima oleh semua orang yang hadir. Saya yakin Anda bisa menemukan para pembicara yang tepat untuk sesi-sesi seperti ini. Indonesia, memiliki banyak sekali trainer hebat. You can count on them, believe me.
 
Dengan demikian, aspek vertical maupun horizontal dari makna Ramadhan ini bisa tercapai. Karena Islam, sama sekali bukan hanya tentang urusan penyembahan kepada Allah Yang Esa. Melainkan juga tentang kontribusi dan kepedulian kita semua kepada sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar