Senin, 30 Juli 2012

Bisakah Serikat Pekerja Menjadi Mitra Bagi Manajemen?

Diperusahaan anda ada Serikat Pekerja? Aih, pertanyaan macam apa itu? Bertanya seperti itu hukumnya tabu. Mengapa? Karena frase ’Serikat Pekerja’ sering menjadi alergen bagi perusahaan. Disisi lain, pendirian sebuah Serikat Pekerja sering bertujuan untuk menandingi Manajemen. Sehingga, tidak aneh jika Manajemen tidak menyukai sepak terjang Serikat Pekerja, sebaliknya Serikat Pekerja sering menaruh curiga kepada Manajemen. Jikapun tidak semuanya, namun disebagian besar perusahaan hubungan antara Serikat Pekerja dengan Manajemen tidak jauh-jauh dari nafas saling curiga itu. Pertanyaannya kemudian adalah; bisakah Serikat Pekerja menjadi mitra bagi Manajemen?
 
Di sekitar rumah tinggal saya ada beberapa ekor kucing berkeliaran. Sedangkan beberapa tetangga saya memelihara anjing, sehingga anjing dan kucing itu setiap hari bertemu. Anehnya, saya tidak pernah melihat kucing bertengkar dengan anjing. Padahal, para orang tua jaman dulu memiliki istilah; ”seperti kucing dengan anjing”, untuk menggambarkan orang-orang yang tidak pernah bisa akur. Alasannya karena, jaman dahulu kala; kucing tidak pernah bisa berdamai dengan anjing. Setiap kali mereka bertemu, sang anjing menggonggong dengan nada mengancam, dan sang kucing mengeong dengan intonasi membangkang. Tetapi, rupanya dijaman ini kaum kucing sudah bersepakat dengan bangsa anjing untuk tidak lagi memperpanjang persetruan itu. Sehingga mereka bisa menjalani hidup masing-masing tanpa harus saling menyerang. Oleh karenanya, kita menyaksikan perdamaian dan harmoni begitu indah yang bisa mereka bangun.
 
Jika kucing dengan anjing bisa berdamai seperti itu, apakah Serikat Pekerja dan Manajemen bisa hidup berdampingan? Sesuai pengertian dasarnya Serikat Pekerja merupakan wadah bagi seluruh pekerja. Oleh karenanya, Serikat Pekerja berperan dalam proses mediasi dan advokasi, jika terjadi perselisihan antara karyawan dengan Manajemen sebagai manifestasi perusahaan. Karyawan mana yang patut difasilitasi dan diadvokasi oleh Serikat Pekerja? Karyawan ya karyawan. Mengapa mesti ditanya karyawan di level mana? Siapapun dia, selama statusnya karyawan, ya layak dilindungi dan diadvokasi.
 
Pertanyaannya kemudian adalah, jika permasalahan itu dialami oleh karyawan di level Direktur, apakah Serikat Pekerja masih mempermasalahkan level status? Tentu tidak. Sebab, Sang Direktur itupun statusnya karyawan juga. Sehingga, Serikat Pekerja memiliki kewajiban untuk memfasilitasi dan mengadvokasi. Jika Serikat Pekerja menolak untuk mengadvokasinya, maka itu berarti Serikat Pekerja melanggar fitrahnya sendiri. Sebaliknya, sebagai bagian dari struktur Manajemen, Direktur tersebut merupakan manifestasi dari perusahaan dimana setiap keputusan yang diambilnya berkaitan dengan kepentingan karyawan. Jika sang Direktur membuat kebijakan yang merugikan karyawan, maka dia mengingkari statusnya sendiri sebagai karyawan. Lebih dari itu, perusahaan juga rugi jika karyawannya tidak diperlakukan dengan baik, karena kita semua tahu bahwa karyawan adalah salah satu aset  terpenting bagi perusahaan. Merugikan karyawan berarti merusak aset perusahaan.
 
Dari kedua sudut pandang ini, kita bisa melihat betapa Serikat Pekerja dengan Manajemen itu memiliki keterkaitan yang tidak bisa dilepaskan. Jika saja keduanya bisa belajar dari kucing dan anjing, boleh jadi mereka bisa menemukan fakta baru bahwa; Serikat Pekerja adalah mitra bagi Manajemen untuk memajukan perusahaan. Jika Manajemen bersungguh-sungguh memperjuangkan kepentingan perusahaan, tidaklah mungkin merendahkan karyawan. Dan jika Serikat Pekerja bersungguh-sungguh melindungi kepentingan karyawan; tidak mungkin menjadi duri bagi perusahaan. Sebab, maju dan tidaknya sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh kinerja karyawan. Dan sejahtera atau tidaknya setiap karyawan, sangat ditentukan oleh kinerja perusahaan. Karena, antara perusahaan dan karyawan; sama sekali tidak bisa dipisahkan.
 
Apakah itu mungkin? Jaman dahulu, nyaris tidak mungkin mengharapkan anjing berdamai dengan kucing. Jaman ini, kita lebih sering melihat orang bertengkar di televisi daripada anjing yang berantem dengan kucing.  Jadi, Serikat Pekerja bukan sekedar bisa berdamai dengan Manajemen, bahkan bisa menjadi Mitra. Syaratnya tidak ruwet-ruwet, yaitu; kedua belah pihak memperbaiki ’itikad’. Pendirian dan pengelolaan Serikat pekerja mesti dengan itikad untuk memajukkan karyawan dan perusahaan. Dan kebijakan yang diambil oleh Manajemen harus didasarkan kepada kepentingan perusahaan dan karyawan. 

Catatan Kaki:
Sikap kita sering dipengaruhi oleh prasangka dan persepsi daripada berlandaskan pada fakta dan esensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar