Selasa, 31 Juli 2012

Menjadi Pribadi Yang Membumi

Membumi. Apa artinya ya? Apakah hal itu hanya berlaku untuk gagasan-gagasan kita? Saya kira tidak. Mengapa? Karena kemajuan peradaban manusia justru lahir dari gagasan-gagasan yang semula dianggap tidak membumi. Soal gagasan, sebaiknya kita bikin yang tidak membumi. Agar seluruh daya diri kita bisa dieksplorasi. Lantas, untuk apa kita mempunyai kosa kata ‘membumi’? Bukankah sudah tidak berguna lagi. Berguna atau tidaknya sesuatu bukan terletak kepada keberadaannya, melainkan kepada bagaimana cara dan untuk apa kita menggunakannya. Sekarang, saya ingin mengajak Anda untuk menggunkan kata itu dalam kalimat ‘menjadi pribadi yang membumi’. Yo opo iki, Rek? Se, toh Pak Manteb. Kita ulik-ulik dulu.
 
Tadi malam, kami berjalan-jalan di luar rumah. Sambil menatap langit anak perempuan mungil kami berkata; “Ayah, langit sekarang ada diatas kita,” katanya. Saya mengangguk. “Orang dibelahan bumi yang lain bagaimana dong?” lanjutnya. Saya terhentak. Hingga berjam-jam kemudian, saya masih terus memikirkan pertanyaan itu. Pertanyaan anak saya sudah sedari tadi terjawab. Sekarang, saya tenggelam dalam lautan pertanyaan yang membajiri benak saya sendiri. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu, saya ajak untuk memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intellligence berikut ini:
 
1.      Berpijaklah pada satu titik yang sama. Seberapa sering Anda berselisih dengan teman di kantor? Misalnya saja, orang finance yang sering tidak akur dengan orang sales & marketing. Orang marketing bilang ‘bayar, dong!”, orang finance bilang ‘sabar, dong!’. Masing-masing punya argumennya sendiri-sendiri. Saya mengajak anak-anak berhenti sejenak, lalu memperhatikan bagaimana kedua kakinya berpijak. “Kalau kaki kita bisa menembus kedalam bumi. Lurus terus sampai keluar lagi diujung bumi yang lain, maka telapak kaki kita akan bertemu dengan telapak kaki seseorang yang sekarang sedang berdiri di suatu tempat di Kota New York.” Kita tahu bahwa Jakarta berada kira-kira ‘diseberang’ garis diameter bumi New York. Telapak kaki orang NY tepat berada di telapak kaki orang Jakarta. Maka arah yang disebut sebagai ‘atas’ oleh orang NY adalah arah yang sama yang ditunjukkan oleh telapak kaki kita, dan sebaliknya. Kita hanya benar-benar memiliki arah yang sama ketika kita pergi ke NY, atau orang NY datang ke Jakarta. Hidup juga sama. Kita sering berpijak di dua tempat yang berbeda untuk memperdebatkan suatu urusan. Maka lain kali jika sedang berselisih, berdirilah pada satu titik yang sama. Ketika kita berpijak pada satu titik yang sama, maka kita akan mempunyai standar penilaian yang sama. Jika Anda benar-benar ingin mendapatkan solusi, berpijaklah pada satu titik yang sama.
 
2.      Milikilah tekad yang bulat. Pertanyaan; adakah benda langit yang bentuknya tidak bulat? Coba perhatikan sekali lagi, semua komponen pembentuk tata surya mempunyai bentuk dasar bulat. Tidak ada yang segi empat atau segi tiga. Bahkan bentuk bintang pun tidak seperti yang biasanya kita gambarkan. Mengapa begitu? Karena bulat adalah bentuk paling efisien untuk bisa bertahan dalam proses jangka panjang. Makanya benda langit selama berjuta bahkan bermilyar tahun tetap kokoh dalam formasinya yang berbentuk bulat. Sama seperti ketika kita sedang bertekad untuk melakukan sesuatu. Hanya jika kita memiliki tekad yang bulat, kita bisa bertahan sampai berhasil meraih apa yang kita impikan. Tanpa tekad yang bulat? Kita hanya akan segera terhenti begitu rintangan menghadang dan menghalang. Adakah benda langit yang tidak bulat? Ada. Itulah benda yang disebut sebagai ‘sampah antariksa’. Jika tekad kita tidak bulat, bisa jadi kita hanya akan menjadi sampah dunia. Maka milikilah tekad yang bulat. Karena kebulatan tekad menjadikan kita pribadi yang mempunyai endurance alias daya tahan yang tinggi.
 
3.      Berdirilah diatas pijakan yang kuat. Dulu manusia pernah mengira jika bumi ini bentuknya seperti permukaan meja. Makanya kita dilarang untuk ‘berlayar terlalu jauh’, nanti terjatuh. Sekarang kita tahu jika bumi ini bulat, maka pergi sejauh apapun tidak akan sampai ke ‘ujung meja’ seperti yang kita takutkan. Dalam menjalani hidup, kita sering takut kalau-kalau kita terjatuh. Makanya kita memilih diam ditempat atau berkutat di teritori sendiri. Padahal kalaupun kita terjatuh, gaya gravitasi menjamin kita tetap memiliki tempat untuk berpijak. Jika kita terjatuh lagi, mungkin kita belum berdiri diatas pijakan yang kuat. Selama kita perpijak ditanah yang lembek, maka posisi kita akan tetap labil. Berdirilah diatas pijakan yang kuat. Pengetahuan yang kuat. Keterampilan yang kuat. Semangat yang kuat. Jiwa yang kuat. Kemauan yang kuat. Keyakinan yang kuat. Keimanan yang kuat. Maka kita akan bisa berdiri lebih lama. Bahkan mungkin, tidak pernah terjatuh lagi.
 
4.      Bergeraklah dalam kecepatan yang tinggi. Anak saya bilang;”Katanya bumi berputar. Tapi kita kok tidak merasakannya sih, Yah?” Secara sains, jawabannya mudah saja;bumi berputar dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga gerakannya tidak bisa dirasakan lagi. Kecepatan yang tinggi adalah wujud komitmen bumi pada pergerakannya. Isyarat kesungguhannya. Kita sering merasa bosan dalam hidup. Waktu seolah berjalan sedemikian lambatnya ketika kita menjalani sesuatu yang tidak menyenangkan. Tetapi, coba ingat-ingat kembali ketika Anda sedang asyik-asyik mengerjakan sesuatu dengan komitmen yang tinggi. Anda sering sampai lupa waktu bukan? Lho, kok sudah malam? Barulah Anda sadar jika teman-teman di kantor sudah pada pulang. Bayangkan seandainya bumi berputar dalam gerak lambat seperti komedi putar di dunia fantasi atau taman hiburan. Kita hanya akan menikmatinya sebentar, setelah itu menjadi bosan. Sungguh, kita butuh perputaran yang cepat. Karena kecepatan menunjukkan komitmen dan kesungguhan. Bekerjalah dengan penuh komitmen dan kesungguhan. Maka Anda akan terdorong untuk bergerak lebih cepat. Dan kita tidak lagi merasakan beratnya.
 
5.      Tetaplah berada di jalur yang lurus. Saya punya sebuah pertanyaan untuk Anda; seandainya Anda berjalan lurus tidak berbelok sedikitpun, dimana tempat terjauh yang bisa Anda tempuh? Jawaban yang benar adalah; tempat ketika pertama kali Anda melangkah. Jika Anda bergerak lurus di bumi, maka pencapaian tertinggi Anda ditandai dengan kembalinya Anda di titik yang sama. Jika Anda memutari bumi, maka Anda akan kembali ketempat semula. Ini adalah isyarat spiritual penuh makna. Jika kita menjaga kehidupan kita tetap berada dijalan yang lurus, yaitu jalan yang ditunjukkan Tuhan melalui para Nabi; maka kita akan sampai di titik awal penciptaan diri kita. Apakah gerangan titik awal penciptaan kita? Itu adalah tempat tinggal manusia pertama yang Tuhan ciptakan. Dimanakah manusia pertama itu tinggal? Di surga. Itulah titik awal hidup kita. Dan ketempat itu pulalah inginnya kita bisa kembali kelak. PerintahNya sederhana; tetaplah berada dijalan yang lurus. Maka dibimbingNya kita dengan surah Al-Fatihah; ‘Ihdina shirootol mustaqiem’, tunjukilah kami jalan yang lurus.
 
Menjadi pribadi yang membumi bukanlah untuk melahirkan gagasan yang dangkal. Menjadi pribadi yang membumi adalah memiliki kesadaran akan tibanya saat dimana kita  ‘masuk’ kedalam bumi. Adalah kesadaran bahwa ada langit yang melingkupi bumi. Ketika jasa melebih dengan bumi, jiwa kita terbang tinggi. Di langit, kita akan tinggal dimana?  Silakan tentukan sendiri pilihannya.    

Catatan Kaki:
Semasa hidup kita tinggal diatas permukaan bumi. Setelah mati, kita akan masuk kedalamnya, lalu menjadi bagian tak terpisahkan dengannya. Karenanya, bumi adalah diri kita. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar