Senin, 16 Juli 2012

Menjadi Yang Terbaik Yang Sesungguhnya

Catatan Kepala:Siapapun bisa mengklaim dirinya. Atau produknya sebagai yang terbaik. Namun dengan ukuran dan definisinya masing-masing. Alias kosong melompong.”
“You. Are. The Best!”  Kita paling senang mendengar pujian seperti itu. Memang. Setiap orang ingin sekali menjadi yang terbaik. Hampir dalam segala hal. Namun dalam banyak situasi, kita tidak benar-benar memiliki kriteria yang valid untuk menentukan apakah kita ini benar-benar yang terbaik atau bukan. Oleh karenanya, tidak ada jaminan jika kita ini benar ketika mengklaim diri sebagai yang terbaik. Saking teralalu seringnya frase ‘Yang Terbaik’ itu diasalgunakan, sekarang; seolah kata-kata itu tidak memiliki arti yang bermakna. Apakah Anda percaya ketika seseorang mengatakan jika dirinya yang terbaik?
Anak saya sudah tidak percaya lagi dengan iklan di tivi. Dia tahu jika bintang iklan itu tidak selalu menggunakan produk yang diiklankannya. Teman sekelasnya bintang iklan produk susu, tidak menyukai susu. Bintang iklan sabun mandi, tidak mandi dengan sabun itu. Bintang iklan kosmetik, menggunakan kosmetik merek lain. Anehnya, semua iklan itu menyatakan produknya sebagai yang terbaik. Jangan-jangan, kita mengklaim diri sebagai yang terbaik juga  karena sindrom pencitraan yang kita butuhkan untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang kita miliki. Jelas sekali jika mengklaim diri sebagai yang terbaik bukanlah cara terbaik untuk menjadi yang terbaik. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menjadi yang terbaik, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:  
1.      Bersaing dengan diri sendiri. Kita sering tergoda untuk bersaing dengan orang lain. Jika orang lain bisa begitu, kita ingin melampauinya. Tidak jarang persaingan itu menyebabkan hubungan menjadi buruk. Sesekali. Berhentilah bersaing dengan orang lain. Lalu mulailah bersaing dengan diri sendiri. Caranya? Setiap kali diri Anda meraih pencapaian yang tinggi, bertekadlah untuk melampaui pencapaian itu. Jangan mau kalah dengan diri sendiri. Anda bisa melampauinya. Dan ketika Anda melakukannya, secara tidak langsung Anda sedang meningkatkan nilai diri Anda. Jika Anda sudah bisa melakukan hal itu, maka Anda; tidak perlu lagi bersaing dengan orang lain. Anda sudah unggul. Tanpa harus mengalahkan mereka.
2.      Terus menggali kapasitas diri. Menjadi yang terbaik dengan cara mengalahkan orang lain merupakan strategy basi. Dari zaman dahulu orang selalu begitu. Kita sibuk melihat kepada keunggulan orang lain, lalu berusaha untuk mengungguli mereka. Begitu kita berhasil mengungguli mereka, kita tidak lagi memiliki lawan yang seimbang. Lalu kita terlena dengan ‘keserba unggulan’. Sekarang adalah era dimana kita perlu menggali kedalam diri kita. Untuk menemukan harta karun yang belum seorang pun sanggup mengeksplorasi seluruh potensinya. Jika batasnya tidak diketahui, maka boleh jadi; seumur hidup kita tidak pernah berhenti untuk mengembangkan diri. Sehingga dengan atau tanpa orang lain; kita bisa terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
3.      Melakukan hal-hal baru. Maunya kita kan tetap berada di zona nyaman. Mengerjakan tugas-tugas yang sudah bisa kita selesaikan sambil merem sekalipun. Saking ahlinya kita. Pergi tanpa keringat. Pulang pun tidak merasa penat. Mungkin memang enak hidup seperti itu. Baru mungkin. Tidak mutlak. Sebab dalam jangka panjang, gaya hidup seperti itu akan menempatkan kita pada posisi paling belakang. Khususnya ketika zaman sudah semakin berkembang. Dan cara lama sudah tidak lagi sesuai dengan situasi yang baru. Maka, sebelum era serba baru itu datang; lebih baik kita membiasakan diri dengan melakukan hal-hal baru. Dengan cara itu, kita bukan sekedar bisa menjadi adaptif terhadap hal baru. Bahkan kita bisa menjadi trendsetter untuk zaman baru.  
4.      Mencari penugasan menantang. Ciri penugasan yang menantang adalah; tidak mudah diselesaikan. Jika setiap penugasan yang Anda dapatkan di kantor bisa diselesaikan dengan mudah, berarti Anda tidak sedang menangani penugasan yang menantang. Sebaiknya Anda tidak terlampau senang. Mengapa? Karena tugas yang gampang menandakan jika kemampuan diri Anda yang sesungguhnya berhenti diasah. Itu berbahaya loh. Ingat proses ‘rudimenter’? Ya. Itulah yang terjadi pada ular yang kehilangan kakinya. Jika kita jarang menggunakan kapasitas diri kita. Bahkan sekalipun kita sudah ahli, kita akan kehilangan keahlian itu. Tugas-tugas yang menantang sebaliknya. Dia selalu menuntut kita untuk mengerahkan seluruh kemampuan yang kita miliki. Dengan begitu, keahlian kita menjadi semakin terasah lagi.  
5.      Terus menajamkan kemampuan. Banyak orang yang puas jika dirinya sudah disebut sebagai seorang ahli. Dalam Natural Intelligence, ada satu level lain yang lebih tinggi dalam kematangan karir seseorang. Ketika seseorang menanjak naik dari ‘Profesional’ menjadi ‘Expert’,  maka tahap berikutnya adalah bagaimana menjadi seorang ‘Spesialis’ di bidang yang hanya Anda atau sangat sedikit sekali orang yang mampu melakukannya. Itulah saat dimana kemampuan dan keunggulan kita menjadi semakin tajam. Kelak, banyak orang yang juga mampu melakukan apa yang sekarang menjadi bidang keunggulan Anda. Maka jika Anda tidak terus menajamkan kemampuan itu, cepat atau lambat Anda akan kehilangan keistimewaan itu. So, kita butuh untuk terus menajamkan kemampuan yang selama ini kita miliki.
Mari perhatikan lagi ke-5 tindakan yang bisa kita lakukan diatas. Lalu bandingkan lagi dengan kebiasaan kita yang gemar mengklaim diri sebagai ‘Yang Terbaik’. Semakin jelas sekarang bahwa ‘klaim yang terbaik’ itu sering hanya sekedar jargon kosong melompong belaka. Atau sekedar kalimat yang enak diumbar tanpa makna apa-apa. Sebaliknya. Berfokus kepada 5 hal diatas, bisa menjadikan kita sebagai pribadi yang memiliki kualitas yang semakin baik. Tanpa harus membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Yang bahkan, kita sendiri tidak memiliki ukuran pembanding apapun selain kira-kira belaka. Itulah sebabnya mengapa Rasulullah menasihatkan kita untuk memperbaiki diri kita terlebih dahulu. Karena tidak seorang pun yang akan mempertanggungjawabkan semua hasil pekerjaan dan tindakan kita. Selain diri kita sendiri. Itulah saat dimana kita butuh menjadi pribadi yang terbaik, yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar