Selasa, 31 Juli 2012

Natin Dipanggil Presiden Direktur

Jam makan siang sudah sejak tadi berakhir.
Orang-orang masih belum juga kembali ke kubikalnya masing-masing. Keadaan itu membuat Sekris serba salah. Kalau dia melaporkannya pada Pak Mergy maka dia akan disebelin oleh teman-temannya sendiri. Tapi kalau dia tidak melaporkannya, maka dia akan dimarahi atasannya itu.
 
Sekris hanya bisa berharap orang-orang itu segera kembali ke kubikal masing-masing. Sebelum Pak Mergy kembali dari rapat dengan kliennya di luar kantor. Kalau Pak Mergy sudah keburu kembali, sudah deh. Dia nggak bisa berbuat lain selain mencatat siapa saja yang datang telat dari makan siangnya.
 
Bagaimanapun juga Sekris tidak mau mengambil resiko disebelin teman-temannya atau dimarahin atasannya. Apa boleh buat. Dia hanya punya pilihan memainkan jempolnya untuk mengingatkan teman-temannya agar cepat-cepat balik ke kubikal.
 
”Tapi rapat kita belum kelar Kris...” Balas Opri lewat pesan singkatnya.
Hah! Rapat? Rapat soal apa lagi? Pertanyaan Sekris membawanya kepada pengetahuan bahwa ternyata orang-orang pada ngumpul di Amigos untuk meneruskan rapat soal Natin yang nggak masuk kantor.
 
Kali ini Sekris kecewa sekali. Dia tidak diajak orang-orang untuk ikut rapat itu. Rupanya teman-temannya masih kesal karena kesalahannya mengirim pesan yang belum diedit kepada Pak Mergy.
 
Untuk pertama kalinya selama Sekris bekerja di perusahaan itu merasa ditinggalkan sendiri. Teman-temannya tega mengabaikan keberadaannya. Jika mengingat apa yang selama ini dia lakukan untuk teman-temannya. Sungguh sangat menyakitkan.
 
Mencarikan alasan setiap kali Pak Mergy menemukan kesalahan teman-temannya di kubikal. Meyakinkan Pak Mergy untuk mempertimbangkan usulan teman-temannya. Meloby Pak Mergy agar tahun ini ada outing. Semuanya sudah dia lakukan. Demi teman-temannya. Kurang apa lagi, coba?!
 
Apa balasan semua kebaikan itu?
Teman-temannya malah mencapakkannya hanya karena kesalahan kecil saja.....
 
Persahabatan macam apa sih ini?
Di kantor seharusnya orang-orang saling menolong satu sama lain. Bukan saling menyingkirkan seperti itu. Apa lagi hanya gara-gara kesalahan kecil. Masa sih untuk orang yang selama ini banyak berjasa pun mereka sampai hati begitu?
Hanya ada setetes air mata yang menggelayut di pojok mata Sekris. Dia buru-buru mengusapnya. Menarik nafas dalam-dalam. Dan menahan jangan sampai ia jadi menangis. Kehidupan di kubikal memang bisa sekeras. Dan sekejam itu. Tapi sudahlah. Tidak semua orang menghargai jasa orang lain.
 
”Pak Mergy balik jam berapa Kris?” tiba-tiba saja ping dari Aiti masuk.
 
Nggak ada selera untuk membalasnya. Biarkan saja mereka terlambat. Nggak usah dibela-belain lagi. Sekris meletakkan gadgetnya di atas meja. Hampir melemparnya seandainya saja dia tidak segera ingat kalau itu adalah gadget kesayangannya. Tapi keburu kejeduk agak keras juga tadi.
 
Sekris memungutnya kembali. Lalu membelainya dengan penuh kasih sayang. ”Maafkan aku yang bebembi.....” katanya. Sambil menciuminya beberapa kali.
 
”Kris, Pak Mergy balik jam berapa?” ping dari Aiti masuk lagi.
”Tauk! Liat aja sendiri.” balas Sekris ketus. Nggak perlu lagi baik-baikin teman yang nggak setia kawan. Mereka cuman mau enaknya aja dari kita. Tapi mereka nggak peduliin perasaan kita. Perih.
 
Sepuluh menit kemudian orang-orang pada berlarian menuju ke kubikal. Sebelum sampai di mejanya Fiancy sempat berhenti di kubikal Sekris. ”Pak Mergy belon datang kan...hhh.hhhhh.hhhh?”
 
Pertanyaanya itu hanya dibalas dengan bibir mencibir dan bahu besar yang terangkat.
Nggak ada orang yang berani menebak-nebak. Lebih baik berasumsi jika Pak Mergy sudah datang duluan. Meskipun itu berarti mereka semua harus kena marah lagi.
 
Mungkin beberapa detik lagi pintu ruangan Pak Mergy akan terbuka. Lalu suara kerasnya akan menggelegar seperti biasa. Tapi mau gimana lagi? Pasrah aja. Emang sih salah orang-orang juga. Keasyikan rapat soal Natin yang nggak masuk kantor di Amigos sambil makan siang.
 
Keheningan orang-orang yang bersembunyi di kubikal terpecahkan oleh bunyi pintu yang terbuka. Untungnya bukan pintu ruangan Pak Mergy. Seseorang membuka pintu masuk ke kubikal. Lalu...
 
”Hallo semua!” suara Pak Mergy terdengar begitu renyah.
”Haallloooo Pak Mergyyyyyyy.....” sambutan semua orang lebih renyah lagi. Bukan karena mereka suka dengan sapaan ramah Pak Mergy. Tapi mereka senang karena atasannya datang lebih terlambat lagi. Aman.....
 
Pak Mergy berhenti sejenak. Memiringkan wajahnya. Seola-olah sedang mendengarkan sisa-sisa alunan sapaan hangat anak buahnya. Kemudian dia tersenyum. Lalu melangkah menuju ke ruang kerjanya.
 
Fiuh....
Orang-orang di kubikal bernafas lega......
Nggak jadi kena marah meskipun telat balik dari makan siang.
 
Dalam kelegaan itu, tiba-tiba saja Sekris berkata; ”Kalian habis rapat apa-an sih sampai selama itu....?”
 
Haddduuuuh..., si bongsor itu kenapa ngomong keras-keraaaaaaaaas.... hiiiiih.....
Batin semua orang di kubikal menggerutu. Pertanyaannya membuat jantung semua orang di kubikal nyaris berhenti.  
 
Orang-orang di kubikal menahan nafasnya.
Pak Mergy yang sedang melangkah nggak jadi menginjak lantai. Kaki kanannya masih melayang di udara. Dan berhenti begitu saja.
 
Sekris sendiri kaget dengan akibat yang ditimbulkan oleh pertanyaannya.
”Ups! Perasaan aku sudah berbisik....” begitu dikatakan dalam hatinya. Telapak tangan kanannya menutupi mulutnya yang seksi.
 
Semua orang di kubikal berharap Pak Mergy tidak mengambil hati. Tapi percuma aja. Beliau bertanya ”RAPAT APA?”. Lagi-lagi Opri yang kena getahnya untuk menjelaskan.
 
”Sudahlah anak-anak, nggak perlu membahas lagi soal Natin yang nggak masuk kantor” tanpa disangka Pak Mergy meresponnya dengan ceria.
 
Sekarang gantian orang-orang di kubikal yang penasaran. KENAPA?
”Saya sudah tahu penyebabnya” kata Pak Mergy. ”Ternyata Natin bukan tidak masuk kantor,’ lajutnya. ”Tapi, Natin tadi itu dipanggil oleh Pak Presiden Direktur......
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
 
Haaaah? Natin  dipanggil Pak presiden Direktur? Jadi… rapat-rapat kita selama ini apa gunanya?. Mulut orang-orang di kubikal menganga.
 
Tiba-tiba saja semua orang kubikal menyadari bahwa keberadaan seseorang secara fisik tidak menujukkan apakah mereka bekerja atau tidak. Ada orang yang secara fisik berada di kantor tapi tidak mengerjakan apapun. Ada yang fisiknya tidak terlihat. Tapi hasil kerjanya terasa ….. 
 
Catatan Kaki:
Kehadiran seseorang di kantor belum menjadi jaminan jika hari itu, dia mengerjakan pekerjaan yang bermanfaat buat kantor
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar