Selasa, 31 Juli 2012

Natin Memahami Karakter Pekerjaan

Gara-gara bangun telat. Semuanya jadi berantakan.
Meskipun sudah berusaha ngebut waktu di kamar mandi, tapi tetap saja nggak bisa menolong banyak. Akhirnya Opri terlambat tiba di kantor.
 
Mesin jeglegan pasti memberinya angka merah di lembar absesnsi. Dan si bongsor Sekri pasti nggak bisa melihat mukanya di kubikal. Nggak ada tempat untuk sembunyi. Nggak ada lokasi buat melarikan diri. Seisi kubikal pasti tahu kalau dia datang telat pagi ini.
 
Sungguh di luar dugaan. Belum ada orang di kubikal!
Puji Tuhan. Orang lain datang lebih telat lagi. Selamatlah sudah mukanya Opri. Dia bukan satu-satunya orang yang telat ngantor hari ini.
 
Segala sesuatu juga kalau dilakukan berjamaah mah pasti aman. Soal pekerjaan apa lagi. Kalau semua orang males. Nggak bakal kelihatan sama boss kalau orang-orang pada males. Keadaan jadi runyam kalau ada satu saja oknum yang sok rajin. Dia bisa membuat orang lain seperti keledai paling lelet di semua planet.
 
Opri menyalakan komputernya.
Mengecek voice mail kalau-kalau semalam atau tadi pagi sudah ada telepon yang masuk. Kosong. Nggak ada yang mesti di follow up. So, semuanya baik-baik saja.
Oooooh....., nyamannyaaaa hidup ini. Kerjaan ringan. Bayaran lumayan.
 
Lama kelamaan, Opri merasa heran sendiri. Kenapa sampai sekarang orang-orang nggak kunjung menunjukkan batang hidungnya? Apa iya mereka setelat itu? ”Aneh,” pikirnya.
 
Keganjilan itu mendorong Opri untuk bangkit dari kursinya. Lalu berdiri untuk menengok apa yang terjadi di kubikal lain.
 
Mak bedhudhu!
Semua komputer di kubikal lain sudah pada ’On’. Jadi, sedari tadi rupanya orang-orang di kubikal sudah pada datang! Tapi, pada kemana mereka?
 
Setengah panik Opri memencet-mencet keyboard gadgetnya; ”Pade dimane lu?” Lalu buru-buru menekan tombol ’send’.
 
Bunyi ’kling’ menandakan jawabannya sudah datang. ”Di pantry. Elo cepetan kesini deh!”
 
Hah? Di pantry? Ngapain mereka nongkrong di pantry selama itu? Biasanya kan cuman buat ngambil minum doang? Satu dua menit juga udah pada bubaran.

Opri sadar jika semua pertanyaan itu hanya bisa dijawab dengan pergi kesana. Maka dia pun melompat secepat kilat. Benar saja. Semua orang berkerumun di pantry.
 
Ngapain sih ini orang-orang? ”Minggir-minggir, gue mau masuk.” Diseruaknya kerumunan yang tak biasa itu. ”Ada apa-an sih ini?” sungutnya.
 
”Elo liat sendiri aja deh Pri,” jawab orang-orang.
Sesampai di garis paling depan, barulah Opri sadar apa yang sedang terjadi. Di pantry itu sekarang ada sebuah white board seukuran 80 cm x 120 cm. Tapi bukan kehadiran white borad baru itu yang bikin heboh. Melainkan tulisannya. Di white board baru itu tertulis begini:
Menu hari ini:
MEMAHAMI KARAKTER PEKERJAANMU
 
Hah? Ada-ada saja.
Mana Natin? Apa maksud dia menulis kalimat aneh semacam itu?  
Semua orang menggeleng. Sedari tadi mereka mencari-cari dimana Natin. Tapi tak seorang pun melihatnya.
 
Karena orang yang menulisnya tidak ditemukan, maka tidak ada yang bisa meminta klarifikasi darinya. Akhirnya, orang-orang mereka-reka sendiri apa maksudnya. Setiap orag di kubikal mempunyai sudut pandangnya masing-masing. Namun, setelah semua kepala menyampaikan pendapatnya; mereka sampai kepada kesepahaman yang sama.
 
Di kantor, biasanya mereka melihat pekerjaan orang lain lebih mudah atau lebih enak dari pekerjaannya sendiri. Orang kantoran menganggap kerjaan orang lapangan itu lebih enak. Bisa jalan-jalan terus. Dan nggak mesti nongol di kubikal tepat jam 8.
 
Sebaliknya. Orang lapangan bilang kerjaan orang kantoran itu terlalu enak. Nggak dikejar-kejar target. Nggak mesti panas-panasan. Nggak mesti dijemur dibawah terik matahari. Nggak bakal diomelin sama pelanggan. Nggak perlu kena debu polusi dan asap knalpot.
 
Orang IT yang ngurusin server mengeluhkan kalau pekerjaannya menuntut mereka kerja 24 jam sehari. Jam 2 pagi pun mereka harus segera meluncur ke kantor jika terjadi masalah dengan server. Orang enginering juga begitu.
 
Orang remittance sering ngomel karena jam kerja mereka lebih panjang dari karyawan lainnya di bank. Setelah orang-orang kubikal pulang. Mereka harus merangkum semua transaksi perbankan hari itu. Dan langsung mengirimkan laporannya ke Bank Indonesia.
 
Hanya Natin yang tidak pernah terdengar mengeluhkan pekerjaannya. Padahal, tak ada orang lain di kantor itu yang mau mengerjakan tugas-tugasnya. Kerjaan Office Boy emang nggak jauh beda dengan Babu. Menyedot debu di karpet. Mengepel lantai ruang meeting. Mencuci gelas dan piring. Membersihkan WC yang bau pesing.
 
Apa lagi di WC-nya para ladies. Tempat sampah sering berubah jadi penampungan roti tawar yang berwarna merah.
 
WC para gentlement nggak kalah bermasalah.
Udah ditulisin gede-gede: ”Kalau pipis, dudukan toiletnya diangkat!” Eeeeh... teteeeeeep aja itu muntahan burung-burung pada berceceran.
 
Siapa yang mau menggantikan kerjaan Natin? Nggak ada. Tapi. Kenapa nggak pernah sekalipun Natin terdengar mengeluhkan semuanya itu?
 
Orang-orang di kubikal mengerti sekarang. Natin. Nggak pernah mengeluh soal pekerjaannya. Karena dia. Sudah Memahami. Karakter Pekerjaannya.
 
Semua orang punya peran dan fungsinya masing-masing. So, nggak ada gunanya untuk saling iri kepada orang lain. Do your part. I’ll do mine. Itulah makna dari kebersamaan. Ketika setiap orang dikubikal menyelesaikan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. Bisa dipastikan. Di kantor itu, semua hal berjalan lancar.
 
”Disini rupanya kalian bergerombol?” tiba-tiba suara Pak Mergy menyeruak. ”Kenapa? Sudah bosan kalian mengerumun di kubikal, eh?!” katanya. ”Hayo, kerja. Kerja. Kerja!!”
 
Semua orang berhamburan menuju ke kubikalnya masing-masing. Meninggalkan Pak Mergy sendirian di pantry itu. Saat sendiri itulah Pak Mergy bisa membaca tulisan di white board baru itu. Dia terenyuh membacanya. Ini adalah menu terbaik yang pernah disajikan oleh seorang Office Boy selama berpuluh-puluh tahun karirnya.
 
Dia senang semua orang di kubikal telah menyadari hal itu. Dan dia berharap; nggak ada lagi yang iri-irian pada pekerjaan orang lain. Malah sebaiknya, mereka saling menyokong. Dan saling menolong satu sama lain.
 
Pak Mergy masih tersenyum ketika melangkah keluar dari pantry. Sambil menenteng segelas kopi panas yang diseduhnya sendiri. Namun, ketika melintasi kubikal. Wajahnya mendadak terlihat sedih sekali. Lalu bibirnya mengucapkan beberapa kalimat yang memilukan hati.
 
”Seharusnya kalian juga memahami karakter pekerjaan saya.” katanya. ”Kalau saya sering marah-marah sama kalian, itu karena tuntutan pekerjaan saya. Bukan keinginan saya.....”
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
 
Kehidupan di kantor berjalan dengan warna-warninya tersendiri. Kadang kita senang pada teman. Kadang kita sebel juga pada mereka. Kadang kita rukun dengan atasan. Tapi, lebih sering berantemnya.
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa pekerjaan kita, memiliki karakternya masing-masing. Maka memahami karakter pekerjaan itu penting. Agar kita nggak merasa kita sendiri yang kerja berat. Karena semua juga begitu. Dan agar kita. Bisa memahami. Kenapa orang lain berperilaku begini dan begitu. Mungkin. Pekerjaan mereka menuntutnya untuk begitu. 
 
Catatan Kaki:
Pahamilah karakter pekerjaan kita. Jika jiwa kita tidak cocok, ganti profesi aja. Bukannya mengeluh melulu.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar