Senin, 30 Juli 2012

Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Hidup Anda

Apakah Soekarno, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln dan Nelson Mandela tertera pada daftar tokoh yang paling Anda kagumi dalam sejarah? Ya atau tidak, tidak akan menjadi masalah bagi saya karena setiap orang memiliki tokoh panutannya masing-masing. Tetapi, saya ingin memastikan bahwa pada daftar tokoh yang mengagumkan dalam sejarah itu Anda juga mencantumkan sebuah nama. Misalnya nama saya? Oh, tidak. Saya tidak cukup pantas untuk itu. Nama yang saya maksud harus ada dalam daftar itu adalah tokoh yang paling berpengaruh dalam hidup Anda. Sebuah nama yang mengukir sejarah hidup Anda sendiri. Tahukan Anda nama milik siapakah itu? Yes. Nama Anda sendiri.
 
Setiap kali melamar pekerjaan, Anda tentu membuat Curriculum Vitae alias CV. Dokumen itu berisi rangkuman perjalanan hidup yang telah Anda lalui yang memiliki relevansi dengan pekerjaan yang Anda lamar. Dengan kata lain, catatan hidup Anda yang layak untuk diperhitungkan. Dengan membaca CV itu, Anda berharap seseorang atau sebuah perusahaan tertarik kepada Anda karena menilai catatan masa lalu Anda cukup berharga. Sekarang mari kita bandingkan dengan alasan mengapa Anda mengagumi tokoh-tokoh dalam sejarah itu. Anda membaca tentang perjalanan hidup mereka bukan? Lantas apa bedanya CV Anda dengan catatan sejarah tentang mereka? Tidak ada. Fakta bahwa seseorang bisa membuat CV menunjukkan jika sesungguhnya kita bisa membuat sejarah tentang diri kita sendiri. Sama seperti sejarah tokoh-tokoh favorit Anda, maka sejarah Anda adalah tentang bagaimana Anda menjalani hidup. Dan sebagai pemilik sejarah itu, Anda tentu ingin menulisnya dengan sebaik-baiknya. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar membuat catatan sejarah yang baik tentang diri sendiri, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural Intelligence berikut ini:
1.      Setiap pribadi memiliki buku sejarahnya sendiri. Anda tidak bisa meminjam CV orang lain untuk melamar sebuah pekerjaan. Begitu pula dengan sejarah hidup kita. Tidak mungkin tertukar dengan sejarah hidup orang lain. Jam dan tanggal lahir, mungkin saja sama dengan orang lain. Tetapi segala sesuatu yang terjadi setelah jam lahir itu, tidak pernah sama lagi. Seseorang hanya bisa menjiplak gaya kita. Atau sebaliknya, kita yang meniru mereka. Tetapi, kita tidak bisa mengubah sejarah hidup orang lain. Sama seperti halnya mereka yang tidak bisa mengubah sejarah hidup kita. Seseorang bisa menyamar menjadi diri kita. Tetapi sejarah hidup kita tidak terpengaruh oleh penyamarannya. Seseorang bisa ditunjuk untuk ‘mewakili’ kita, tetapi tetap saja tak seorang pun yang bisa mengambil alih proses penulisan sejarah hidup kita. Ini adalah buku sejarah tentang diri saya. Sedangkan buku sejarah yang tengah Anda tulis itu adalah milik Anda sendiri. Karena setiap pribadi, memiliki buku sejarahnya sendiri-sendiri.
2.      Sejarah pribadi terlindung dari intervensi orang lain. Saat masih bayi hingga akil baligh, buku sejarah kita kurang lebihnya merupakan ‘catatan’ yang dibuat oleh orang tua atau orang-orang yang bertanggungjawab terhadap perawatan dan pemeliharaan diri kita. Tetapi, setelah menjadi lelaki atau perempuan dewasa, kita sendirilah yang menggoreskan pena catatan sejarah hidup itu. Baik atau buruknya orang lain tidak memiliki relevansi dengan baik atau buruknya catatan sejarah kita. Saat orang lain mengajak kita kepada keburukan, terserah kita apakah mau menurutinya atau tidak. Kita tidak bisa menuduh mereka telah menggoreskan catatan buruk pada buku sejarah pribadi kita hanya karena kita mengikuti ajakan mereka. Baik atau buruknya pilihan hidup kita, hanya kita sendirilah yang menentukannya. Menyalahkan orang lain atas kekacauan yang kita alami dalam hidup? Oootidak bissaa. Tidak sama sekali. Meski orang lain bisa mempengaruhi kita, namun kita sendirilah yang memutuskan apakah menyerahkan diri pada pengaruhnya atau tidak. Makanya, sejarah hidup kita benar-benar terlindung dari intervensi orang lain.
3.      Sejarah dibangun dari tindakan sehari-hari. Kita tidak perlu bersusah payah membangun catatan sejarah hidup. Cukup dengan menjalani hari-hari kita apa adanya saja. Satu hal terpenting yang perlu kita putuskan adalah; pada hari itu, kita ingin membuat catatan sejarah seperti apa? Catatan yang baik, atau sebaliknya. Menyadari bahwa tindakan sehari-hari menentukan sejarah hidup kita membantu kita untuk mawas diri. Tak seorang pun yang melakukan perbuatan buruk ingin perilaku buruknya tercatat. Kalau sudah terlanjur ada, kita pasti ingin menghapusnya. Masalahnya, catatan sejarah itu tidak bisa dihapus. Kita bisa meminta maaf. Tapi fakta bahwa kita pernah melakukannya tetap ada dalam catatan sejarah itu. Jalan terbaiknya adalah, mulai sekarang, kita sekuat tenaga menghindari perbuatan buruk. Lalu terus berusaha mengisi hari-hari kita hanya dengan perbuatan yang baik. Tidak berarti harus selalu berbuat baik kepada orang lain. Cukup dengan membawa diri untuk menjadi pribadi yang baikpun sudah memadai. Jika kita biasa mencederai janji, misalnya, mulai sekarang belajar menjadi orang yang tepat janji. Jika selama ini kita suka mengambil hak orang lain. Bahkan berani melakukan perbuatan nista, maka mulai sekarang kita mengubah segalanya. Kan sayang kalau buku catatan sejarah kita dipenuhi oleh noda. Karena semua tindakan kita sehari-hari menentukan isi yang tertulis didalamnya.
4.      Menjadi tokoh sejarah dengan reputasi tinggi. Tidak semua tokoh besar dalam catatan sejarah memiliki reputasi baik. Faktanya, kita mengenal nama-nama yang digambarkan sebagai tokoh bengis, tokoh jahat, atau tokoh tidak bermoral. Maka wajar jika kita sangat berhati-hati menjalani hidup, agar catatan sejarah kita tidak dinodai oleh hal-hal yang membuat sejarah kita buruk. Tokoh-tokoh buruk dalam sejarah itu tidak berarti seluruh hidupnya buruk. Pasti ada sisi baik dalam hidup mereka. Tapi mengapa kita hanya tahu keburukan-keburukan mereka? Cukuplah fenomena ini saja yang menunjukkan kepada kita bahwa; betapapun baiknya kita dalam penilaian diri kita sendiri, jika kita tidak mampu membangun reputasi tinggi,  pasti kita tidak bisa menjadi tokoh yang baik dalam sejarah kehidupan kita sendiri. Makanya, guru kehidupan saya mengingatkan; “Janganlah engkau mencampur adukkan antara yang baik dan yang buruk. Karena benar dan salah ada tempatnya masing-masing. Dan ketika keduanya bercampur, keburukanlah yang paling kelihatan.” Kita, tidak bisa jadi tokoh sejarah pribadi yang baik dengan cara menjadi pribadi yang baik dipagi hari, dan berganti peran menjadi orang yang buruk disiang hari. Kita hanya bisa menjadi tokoh sejarah pribadi yang baik, jika kita tetap berjalan dijalur yang baik. Dengan begitu, reputasi kita tetap terjaga dan bernilai tinggi.
5.      Sejarah mencatatkan semua jenis amalan. Buku apapun yang Anda baca tentang kisah dan sejarah seseorang, hanya mampu memotret sebagian kecil saja dari perjalanan hidupnya. Pokok bahasannya sangat tergantung kepada selera penulisnya. Dan penggalan-penggalannya disesuaikan dengan konteks yang hendak ditonjolkan kepada pembacanya. Sejarah hidup kita tidak tercabik-cabik seperti itu. Melainkan merupakan sebuah gambaran utuh tentang apa yang kita alami dan lakukan sejak lahir, hingga menemui kematian. Tak sedetikpun saat yang terlewat. Dan tak satu perbuatan pun yang tak tercatat. Semua utuh tertulis secara sempurna. Jika CV itu kita gunakan untuk meyakinkan managemen agar mau menerima kita masuk ke perusahaan yang kita inginkan, maka catatan sejarah hidup kita itu menjadi sarana utama ‘melamar’ kepada Tuhan agar  berkenan menerima kita masuk kedalam tempat terindah yang kita dambakan. Jika CV kita bagus, pengambil keputusan pasti mau menerima kita. Jika catatan sejarah hidup kita bagus, maka Tuhan, pasti berkenan mengizinkan kita untuk memasuki tempat terindah yang disediakan bagi hamba-hamba terbaiknya. Dan semua itu, sangat bergantung kepada jenis amalan seperti apa yang kita lakukan semasa hidup.
Setiap pribadi merupakan tokoh utama dalam sejarah pribadinya masing-masing. Maka sudah seharusnya kita mengambil tanggungjawab penuh terhadap sejarah yang ingin kita tulis. Ini adalah tentang hidup kita. Mungkin menyenangkan jika ada orang yang mengagumi lalu mengenang sejarah hidup kita berpuluh, ratus, atau ribuan tahun yang akan datang. Hal itu bisa membuat kita terus hidup dalam hati dan hari-hari mereka. Tetapi, jauh lebih penting dari semua itu adalah; bagaimana catatan sejarah kita bisa digunakan untuk mengklaim kehidupan abadi yang sesungguhnya? Yaitu kehidupan setelah kematian yang tak seorang pun memperoleh penolong selain amal baiknya. Sesuai dengan segala hal yang tercatat dalam buku sejarah pribadinya. 

Catatan Kaki:
Sejarah bukanlah tentang apa yang terjadi didunia dimasa lalu, melainkan tentang apa yang kita jalani dalam kehidupan kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar