Kamis, 19 Juli 2012

Kado Terbaik Bagi Seseorang Yang Kita Cintai

Kali ini saya tidak memposting artikel. Melainkan hendak curhat saja. Jadi, mungkin ini tidak terlampau bermanfaat bagi Anda. Silakan treat tulisan ini sekedarnya saja.
 
Jika orang yang anda cintai berulang tahun, anda memberinya kado apa? Kecupan dikeningnya sudah pasti. Tetapi, selain ungkapan kasih sayang seperti itu saya yakin anda sangat ingin memberinya sesuatu yang berharga. Cincin berlian, misalnya. Atau sebuah hand phone canggih. Bahkan mobil atau rumah baru. Mengapa sih kita memberinya hadiah? Karena kita ingin menunjukkan betapa kita sangat mencintai dirinya. Namun, kadang kita keliru mendefinisikan cinta’ itu. Misalnya, orang tua yang membelikan kado berupa sepeda motor kepada anaknya yang belum genap berusia 17 tahun. Padahal itu sangat beresiko bagi keselamatan anaknya sendiri. Lagipula, apakah kado ulang tahun harus berupa benda-benda mahal seperti itu?
 
Beberapa belas tahun lalu, seorang perempuan cantik yang saya cintai berulang tahun. Padahal, saya tidak termasuk orang yang mampu memberikan kemewahan dan hadiah-hadiah berharga mahal. Itu jika saya boleh mengganti kata ’bokek’ dengan ungkapan yang lebih halus. Tetapi, saat itu saya bersedia menyerahkan hal terbaik yang saya miliki kepadanya. Yaitu diri saya sendiri. Maka, dihari ulang tahunnya itu saya menyerahkan diri saya sendiri melalui sebuah janji untuk setia mengarungi sisa hidup yang saya miliki.  Sejak saat itu, hari ulang tahun kelahirannya adalah juga hari ulang tahun pernikahan kami.
 
Kemarin, saya kedatangan tamu. Seorang teman lama yang dulu sering berbagi cerita dan pekerjaan sewaktu kami masih sama-sama bekerja. Seperti kebanyakan orang lainnya, kami pun tenggelam dalam kisah-kisah masa silam. Lalu, pertanyaan: ”Sekarang si ini dimana?” dan ”Si itu sudah jadi apa, ya?” berseliweran disela-sela tawa. Semua yang kami tanyakan tentulah orang-orang yang pernah dekat dengan kami. Dan teman saya ini adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menghimpun banyak sekali informasi. Sehingga darinya, saya bisa mengetahui hal-hal yang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Kami ikut merasa senang ketika mendengar teman-teman berhasil meraih pencapaian yang lebih tinggi. Kami juga ikut bersedih ketika ada teman yang kurang beruntung. Namun, diantara senang dan susah itu ada juga yang membuat saya tidak tahu apakah harus ikut senang. Atau bersedih. Bahkan saya tidak sepenuhnya mempercayai kisah itu. Tahukah Anda mengapa?
 
Teman saya bercerita tentang sahabat kami yang dikenal begitu baik dan taat. Namun, dalam perjalanan selanjutnya setelah kami berpisah beliau dikabarkan bermasalah dengan sebuah keluarga lain. Mungkin dia khilaf karena ’mendekati’ perempuan bersuami hingga menimbulkan masalah dikemudian hari. Dari dulu, saya tidak tertarik mendengar hal-hal seperti itu. Saya memilih untuk ’menjadi tidak tahu’ tentang hal itu. Tapi kali ini, saya ngeri mendengarnya karena dua hari lagi adalah hari ulang tahun pernikahan kami. Saya tidak tahu, apakah bisa tetap istikomah untuk terhindar dari hal serupa itu atau tidak. Tetapi malam itu, seolah saya mendapatkan kado berupa sebuah nasihat tentang contoh yang tidak perlu ditiru.
 
Keesokan harinya, saya membaca dimedia masa dan menyaksikan dilayar televisi. Seorang selebriti mengadakan konferensi pers untuk menyampaikan permohonan maaf karena telah menyebabkan rumah tangga seseorang berantakan. Untuk kedua kalinya saya mendapatkan kado ulang tahun pernikahan. Mudah-mudahan, tidak ikut terseret arus sedemikian. Tidak mudah memang. Terutama ketika kita sering bepergian. Berinteraksi dengan jenis manusia yang beragam. Membuat godaan demi godaan seolah menjadi santapan harian. Sahabat saya bilang;”Jangan pernah memulainya,” katanya. Karena menurutnya; sekali mencoba, sangat sulit untuk menghentikannya. Mungkin memang demikian. Saya hanya bisa bertanya-tanya dalam hati; ’Adakah kado yang lebih baik dari kesetiaan?’
 
Hari ini istri saya berulang tahun. Anak pertama kami memberinya 30 lembar voucher pijat gratis yang bisa di klaim ibunya untuk mendapatkan pijatan darinya selama 30 hari. Anak kedua kami mengirimkan dua buket bunga tanda cinta. Anak ketiga kami yang masih TK, bahkan memberinya hadiah ’ulang tahun setiap hari’ dengan sekuntum bunga mungil yang dipetiknya dari halaman rumah. Ditambah kecupan dipipi kiri dan kanan. Saya harus memberi kado apa ya? Tidak mungkin saya memberikan diri saya lagi, karena sudah menjadi miliknya sejak ijab kabul dulu.  Kali ini, saya hanya bisa memberinya kado berupa buku yang saya tulis sendiri. Sebuah penerbit telah berbaik hati menerbitkannya untuk kami. Dan istri saya, menjadi orang pertama yang mendapatkannya.
 
”Melampaui Keserakahan Seekor Nyamuk?  Kok judulnya aneh begini sih?”
”Biar saja.” saya bilang. ”Supaya menjadi pelajaran bagi kita untuk membebaskan diri dari sifat serakah.” Seserakah-serakahny a nyamuk, dia pasti berhenti rebutan materi ketika perutnya sudah kekenyangan. Kita? Tidak tahu kapan harus berhenti. Karena kita memiliki gudang penyimpanan yang melebihi perut. Sehingga sifat serakah kita nyaris tidak ada batasnya. Semoga buku itu menjadi panduan bagi kami untuk semakin memupuk rasa syukur. Sebab, jika rasa syukur itu tumbuh subur. Mungkin kami tidak perlu lagi melirik kekanan dan kekiri. Rasa syukur itu menghidupkan ketentraman hati. Sehingga, kita tidak panas hati ketika melihat orang lain lebih ini dan lebih itu. Dan rasa syukur, bisa menyelamatkan kita dari dorongan untuk mengambil materi yang bukan hak kita. Karena dengan rasa syukur, kita berterimakasih kepada Tuhan. Tanpa menuntut-Nya untuk memberikan sesuatu yang belum tentu baik dimata-Nya.
 
Kalau orang yang Anda cintai berulang tahun; kado terbaik apa yang Anda persembahkan kepadanya? Sampai sekarangpun saya masih ragu; ’Adakah kado yang lebih baik dari kesetiaan?’ Barangkali, kita bisa memulai dengan permohonan maaf yang tulus kepadanya. Atas semua yang pernah kita lakukan dimasa lalu. Kemudian memulai ikrar baru. Untuk menyerahkan diri kita kepadanya. Seutuhnya. Semoga.

Catatan Kaki:
Tidak ada kesalahan yang tidak termaafkan, ketika sesal yang tulus mengiringi permintaan maaf yang kita ucapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar