Senin, 16 Juli 2012

Natin Mencari Nafkah Yang Berkah

Gile.
Anggurnya gede-gede. Rasanya manis. Teksturnya renyah. Pokoknya, baru sekali ini deh makan anggur seenak itu. Sudah begitu. Gratis pula. Seru, kan?
 
Emang sih. Akhir-akhir ini di kantor sering sekali ketiban makanan-makanan enak. Hebatnya lagi. Semua orang boleh menikmatinya.
 
Tahu nggak sih, dari mana asalnya?
Dari para vendor. Perusahaan baru aja menerapkan peraturan; kalau vendor tidak boleh memberikan hadiah kepada pribadi-pribadi. Mereka hanya boleh memberikan hadiah kepada perusahaan dalam bentuk yang bisa dinikmati oleh semua karyawan. Makanya, sekarang banyak banget makanan yang tersedia. Yang paling sering buah-buahan. Atau kue-kue. Seru deh pokoknya.
 
Sejalan dengan aturan baru itu. Semua orang di kubikal menandatangai sebuah form berisi pernyataan untuk tidak menerima pemberian dari vendor dalam bentuk apapun. Kalau pun ada pemberian yang boleh diterima, nilainya tidak boleh lebih dari 100 dollar. Itu pun semuanya harus deklarasikan. Dan harus digunakan untuk kemanfaatan semua orang.
 
Waktu pertama kali peraturan itu diterapkan, lumayan banyak juga yang protesnya sih. Bisa dimaklumi. Selama ini vendor-vendor pada bersaing untuk mendapatkan macam-macam order. Dari mulai bikin kalender. Penyediaan alat-alat kantor. Pencetakan brosur. Sampai pembelian alat-alat berat berharga milyaran.
 
Ada aja alasan vendor-vendor itu untuk memberikan hadiah.
Dan. pastinya dong. Ada aja alasan orang-orang untuk menerimanya. Lagian juga. Kalau staff kayak para penghuni di kubikal itu kan nggak punya akses ke pembelian berharga mahal. Pastinya hadiahnya juga ya yang kecil-kecil aja.
 
Rezeki nggak boleh ditolak. Jadinya kalau ada orang yang ngasih. Ya kita terima dong. Bener nggak? Soal siapa yang dapat proyek sih itu urusan nanti. Pokoknya terima aja dulu. Tapi. Milih vendor tetep yang paling bagus dan harganya bersaing.
 
Makanya. Waktu managemen memutuskan untuk menerapkan kebijakan tidak menerima apapun dari vendor itu, banyak juga yang merasa kesal. Nggak sampai protes berat sih. Soalnya. Kalau protes kan jadinya ketahuan kalau selama ini suka menerima pemberian dari vendor. Nggak enak juga ketahuan orang lain.
 
Jujur aja.
Sejak saat itu. Ada penurunan pendapatan. Yaaah…, namanya juga rezeki. Sekecil apapun tetep aja sangat berarti. Seru juga kan kalau nggak ada hujan. Nggak ada angin. Tiba-tiba aja ada vendor yang ngasih amplop. Malah pernah juga yang ngasih kalung emas. Kadang 5 gram. Kadang 10 gram. Lumayan kan. Sejak penerapan kebijakan itu. Nggak bisa lagi begitu.
 
Nggak terlalu jelas sih, awalnya gimana. Denger-denger sih karena ada vendor yang melapor ke Presiden Direktur kalau seseorang meminta amplop dengan menjanjikan dibantu memenangkan tender pengadaan mesin pabrik apa-an gitu. Nggak terlalu ngerti juga sih.
 
Menurut kabar burung. Vendor itu sudah ngasih amplop. Tapi seseorang itu malah marah-marah karena merasa nilainya terlalu kecil. Bossnya si vendor itu rupanya tersinggung. Lebih gilanya lagi. Rupanya boss vendor itu sering ketemu Pak Presiden Direktur di lapangan golf.
 
Apes deh ‘seseorang’ yang meminta amplop itu. Dia dilaporkan. Tapi. Itu cuman kabar burung. Nggak terlalu jelas bener atau tidaknya sih. Yang jelas. Tiga bulan setelah kabar burung itu beredar, ada seorang petinggi perusahaan yang mengundurkan diri. Itu juga nggak jelas. Ada yang bilang mengundurkan diri. Ada yang bilang diberhentikan.
 
Nah. Sejak kejadian itulah managemen menerapkan kebijakan baru itu. Intinya sih cuma dua poin aja. Satu. Nggak boleh menerima pemberian dari vendor untuk kepentingan pribadi. Yang kedua, kalau dientertain sama vendor, nggak boleh mewah-mewah. Maksimal ya cuman 100 dolar itu.
 
Ya jelaslah bukan kelasnya para penghuni kubikal. Tapi, ada bagusnya juga kalau perusahaan menerapkan aturan itu nggak pandang bulu. Berlaku buat semua orang di perusahaan.
 
Meskipun awalnya ada aja yang kesel. Tapi kebanyakan orang di kubikal pada seneng. Soalnya kan selama ini kebanyakan mereka nggak pernah dikasih hadiah aneh-aneh sama vendor-vendor yang ngarep.
 
Boleh dibilang, aturan itu malah membuat para penghuni kubikal tambah makmur. Soalnya. Sejak saat itu banyak orang yang deklar kalau udah nerima suatu hadiah. Lalu semuanya disimpen di meja pantry untuk dinikmati oleh bersama. Seru banget, tahu nggak sih? Jadi selalu ada makanan tambahan untuk semua orang. Malahan. Kebanyakan yang nggak bisa dibeli dengan dompet sendiri.
 
Setiap orang mencomot buah anggur premium itu. Nggak kerasa. Perlahan tapi pasti, akhirnya anggur itu habis juga. Yang tersisa hanya tangkainya aja. Berseliweran diatas nampan besar yang jadi wadahnya.
 
Disela-sela tangkai anggur itu berkelebat sesuatu berwarna hitam. Ada sesuatu dibagian dasar nampan itu. Tapi tidak jelas apa karena terhalang oleh tangkai-tangkai anggur yang nyaris seukuran kelingking.
 
Anggur itu terlalu enak untuk dilupakan begitu saja. Semua orang dikubikal penasaran. Pengen tahu apa sih mereknya. Makanya. Mereka menyingkirkan tangkai-tangkai anggur yang menghalangi tulisan merek itu.
 
Ternyata mereka salah. Nggak ada merek anggur itu dibawah nampan. Yang ada hanyalah sebait kalimat yang tertulis indah. Beginilah bunyinya:
 
SILAKAN CARI NAFKAH YANG BERLIMPAH
NAMUN PASTIKAN NAFKAH ITU PENUH BERKAH
 
Ah. Natin ini ada-ada aja.
Kalau melimpah. Jelas ukurannya. Cari nafkah sebanyak-banyaknya, ya tinggal tentukan aja berapa banyak ukurannya.
 
Tapi kalau berkah?
Gimana caranya kita tahu kalau nafkah yang kita dapat itu berkah atau tidak?
 
Natin bilang. Ada banyak cara untuk menentukan apakah nafkah kita itu berkah atau tidak. Salah satunya adalah; kita bisa menikmatinya tanpa ada perasaan ragu didalam hati. Kita yakin bahwa apa yang kita santap itu benar-benar nafkah yang kita peroleh dengan cara yang sepatutnya.
 
Jika ada sedikit aja bisikan nurani kita yang mengingatkan jika sesungguhnya nafkah itu bukan miliki kita. Atau teguran kalbu kita. Bahwa kita mendapatkannya dengan cara yang nggak sepatutnya. Maka boleh jadi. Itu menandakan jika nafkah itu nggak berkah.
 
Sebelum peraturan baru itu diterapkan. Setiap orang menyembunyikan apa yang didapatkannya dari vendor. Emang sih. Hati kecil bertanya-tanya; apakah emang pantes menerimanya? Tapi. Lama kelamaan udah jadi biasa. Makanya. Bisikan hati kecil itu sering tidak terdengar lagi. Kalah sama hiruk pikuk kegaduhan nafsu. Kalau udah begitu, bisa kecemplung seperti ‘seseorang’ yang terkena kabar burung itu.
 
Seperti anggur itu. Juga seperti makanan-makanan lain yang selama ini mereka nikmati di pantry kubikal. Kerasa banget. Lezat. Kenyang. Dan puas. Meski semua makanan itu didapat dari pemberian para vendor. Tapi semua orang sudah tahu karena dideklarasikan dengan jelas. Dan. Nggak ada seorang pun yang mengambil untuk kepentingan pribadinya.
 
Sekarang. Vendor pun sudah pada tahu. Nggak ada gunanya kalau mereka kasih kepada individu-individu. Soalnya. Setiap orang di kubikal yang mendapatkan pemberian dari vendor udah nggak ngerasa terpaksa lagi buat ngumumin apa aja yang didapatkannya. Terus mereka meletakannya di pantry untuk dinikmati bersama.
 
Kata Natin. Setiap nafkah berkah yang masuk kedalam tubuh kita. Akan menjadi daging, tulang, dan darah serta sel-sel tubuh yang baik. Makanya. Tubuh kita pun akan menjadi baik. Dan kita bisa menjadi pribadi yang baik.
 
Kalau anak-anak kita. Dinafkahi dengan rezeki yang baik. Maka kelak. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang baik. Menjadi anak soleh. Yang berbakti pada orang tuanya. Pejuang. Yang mencintai tanah airnya. Pemimpin yang mencintai rakyatnya.
 
Sebaliknya. Jika kita menutup mata dengan keberkahan nafkah yang kita berikan kepada keluarga kita. Maka tubuh anak-anak kita akan dibangun dari sel-sel yang terbuat dari nafkah yang tidak berkah. Wajar jika watak mereka jadi rusak. Atau perilaku mereka jauh dari nilai-nilai keagungan. Hanya karena kita menafkahi mereka dengan rezeki yang tidak berkah. Na’udzubillah.
 
Sekris. Pernah dapat hadiah emas 5 gram. Maklum vendor baru. Dia nggak ragu-ragu mendeklarasikan. Terus dirapatkan di kubikal. Sayang sih. Tapi gimana lagi. Kalau nurani sudah tampil lebih kuat daripada nafsu. Semuanya yang kerasa ringan aja.
 
Akhirnya semua orang kubikal sepakat untuk memberitahukan ke vendor itu kalau untuk mendapatkan order di tempat kita mereka itu nggak perlu ngasih-ngasih segala. Pokoknya kualitas produknya mesti paling bagus. Dan harganya paling kompetitif. Itu aja juga udah cukup.
 
Nggak disangka. Bossnya vendor itu minta maaf sampai berkali-kali.
Cuman kita juga kasih tahu mereka kalau misalnya mereka mau kasih sesuatu boleh aja. Asal nggak ngarep dapet proyek gara-gara ngasih itu. Terus. Kalau ngasih. Carilah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di kubikal.
 
Sejak saat itu. Kehidupan di kubikal menjadi semakin makmur.
Sedangkan hati mereka tetap tenteram.
 
“Sini aja Mas, nah iya, iya simpan disana aja,” Tiba-tiba Pak Mergy masuk ke pantry. Sambil menunjukkan seseorang untuk meletakkan sesuatu diatas meja.
 
“Nah, yang ini dari CV Blablabla,” katanya. “Boleh kita nikmati,” lanjut beliau.
Ini kali ya yang namanya negeri gemah ripah loh jinawi itu. Rezeki terus berdatangan.
 
“Ya udah ya…” sambung beliau sambil meninggalkan pantry.
“Lho, Bapak kok nggak ikut menikmatinya?” Sahut Opri. “Ayo dong Pak, kita sama-sama membukanya….” Lanjutnya.
 
“Aaaah, sudahlah, kalian saja… saya sudah punya satu kotak sendiri….” Pak Mergy langsung menutup mulutnya. “Ups!” Kerasa sekali kalau beliau kelepasan berbicara.
 
“Mmmh…, baiklah. Baiklah,” katanya. “Mas, tolong ambilkan kotak yang satunya lagi di meja saya.” Pintanya kepada orang yang tadi angkat-angkat itu. “Lagian juga, apa enaknya makan rezeki itu sendirian….” Lanjutnya.
 
Hooooooh……. Orang-orang langsung merasa lemas…..
 
Tiba-tiba saja semua orang di kubikal menyadari bahwa yang kita butuhkan itu bukanlah sekedar nafkah yang jumlahnya melimpah ruah. Melainkan juga yang penuh dengan berkah. Memang. Kadang kita takut kekurangan. Makanya kita gampang tergoda untuk asal ngembat aja. Sekarang mereka sudah tahu. Ternyata. Menjauhkan diri dari nafkah yang tidak berkah tidak menyebabkan kita kekurangan. Makanya. Nggak usah takut kekurangan hanya karena kita gigih mencari nafkah yang berkah. Karena seperti yang dicontohkan Rasulullah, bahwa; Tuhan menjamin kecukupan rezeki orang-orang yang terus gigih untuk menjaga dirinya dari nafkah yang tidak bersih. Akan ada aja jalannya. Bahkan dari arah yang tidak disangka-sangka. Insya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar